Senin, 10 Januari 2011

Toleransi dan Empati











  
Kita sebagai mahluk sosial yang berada di tengah masyarakat selalu diingatkan untuk bertoleransi dan empati terhadap sesama.
Yang mungkin pernah muncul dalam benak kita adalah, mengapa kita harus selalu bertoleransi dengan orang lain, sementara orang lain banyak yang tidak peduli dengan kita, atau sering mau menang sendiri, merasa benar, merasa punya hak lebih, dan sebagainya.

Toleransi & Empati di Jalan

Saat berkendara di jalan, kita akan selalu bertemu dengan orang lain yang memiliki berbagai macam kepentingan, tujuan, latar belakang, dan sebagainya. Apapun itu, yang perlu kita lakukan adalah selalu menghargai berbagai macam yang disebut diatas, sehingga apa yang sedang kita lakukan di jalan (mengemudi mobil atau motor) tidaklah mengganggu kegiatan mereka.


Lebih dalam lagi, kita harus benar-benar mampu memperbesar urat sabar kita di jalan, apabila menemui hambatan-hambatan yang mungkin memang mengganggu kegiatan kita sendiri.
Halangan/hambatan yang saya maksud adalah khususnya apabila kendaraan kita terhambat oleh kendaraan non mesin atau pejalan kaki atau gerobak dorong dan sebagainya.


Kita perlu membangun empati terhadap mereka.
Untuk memacu kendaraan kita cukuplah mudah, cukup tekan pedal gas (mobil) atau putar grip gas (motor). Sementara sebaliknya, mereka sudah sangat lelah untuk melakukan kegiatannya. Pedulilah dengan usaha/susah payah mereka.
Akan sangat terpuji jika kita mampu sabar menunggu, sehingga tidak perlu membunyikan klakson apalagi hingga marah-marah.

.

.

.
.

Toleransi & Empati Bertetangga

Begitu juga dalam hidup bertetangga, kita perlu menghargai apapun kegiatan yang ada di lingkungan kita. Kegiatan yang sedang kita lakukan, janganlah mengganggu kegiatan lingkungan kita.

Banyak dan mungkin sudah dianggap biasa terjadi ketika kita sedang istirahat di rumah, tiba-tiba mendengar suara klakson mobil tetangga yang baru pulang.
Klakson tersebut ternyata bermaksud memanggil pembantu rumahnya untuk membukakan pintu pagar. Mengapa orang-orang sekitar itu perlu tahu tiap kali tetangga tersebut pulang dengan klakson kerasnya?

REMOTE/WIRELESS DOOR BELL

Tidak bisa buka pintu pagar sendiri? mungkin ada solusi lain, yaitu turun dari kendaraan dan menekan knob bell rumah…
Masih tidak mau melakukan itu?!!..
Di supermarket atau toko peralatan listrik mulai banyak dijual Remote/Wireless Door Bell. Yaitu bel pintu yang tidak memerlukan kabel penghubung.
.

Jadi remote nya bisa kita bawa simpan di kendaraan kita, ketika sampai dekat rumah, kita bisa mulai menekan remote tersebut.
Jaraknya lumayan jauh, bisa mencapai 100meter!.
Harga remote seperti ini berkisar antara Rp 80.000 – Rp 125.000,-
.

Sehingga, kehadiran kita tidak mengganggu tetangga lain yang mungkin sedang beristirahat.
Dengan demikian, kita sudah menerapkan Toleransi dan Empati dimulai dari diri kita sendiri.
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar